SAATNYA....BERSAHABAT DENGAN VARIAN CORONA VIRUS - 19
Menghadapi Covid-19 ibarat bertempur melawan setan. Setan itu, mahluk gaib, nyata namun tak terlihat. Ditakuti semakin mengganas, dilawan tapi tak nampak, lengah malah menyerang. Sejak terdeteksi pertama kali di Wuhan China, akhir 2019 salah satu keluarga corona virus SARS - Cov -2 menyentak dunia hingga menjadi pandemic global. Hentakkannya melebihi hebohnya Liga Champion Euro 2020, membungkan kerinduan semaraknya Olimpiade Tokyo dan agenda besar dunia lainnya. Setelah lebih dari 550 hari, Covid-19 meresahkan mahluk di bumi, terus meluluhlantakan dan mengubah wajah dunia, serasa tak akan pernah kunjung usai.
Para ahli, ilmuwan dan peneliti terus berjuang sering berakhir sia-sia. Terbukti, dunia kini sedang dihantam gelombang kedua pandemi Covid -19 yang terus bermutasi sehingga menginfeksi lebih banyak orang. Itu artinya kehidupan normal yang didambakan akan sulit terrealisasi karena masyarakat masih dihimbau untuk tetap berada di rumah.
Beragam upaya pencegahan, entah PPKM hingga lockdown toh hanya sekedar mengurangi penyebaran, menurunkan angka penularan. Nyatanya, bukan perkara mudah menerapkan kebijakan tersebut. Setiap orang yang merasa dibatasi ruang gerak aktivitas dan usahanya, justru mendapat perlawanan. Bagai si buah malakama. Beraktivitas di tengah pandemic justru rentan tertular virus Corona. Tidak beraktivitas justru rentan kelaparan yang berujung kematian.
Pernyataan pemerintah dalam rapat virtual dengan negara G20 Maret 2021 mengajak negara-negara G20 berperang melawan Corona. eh…malah Corona semakin menggila dengan varian baru Delta usai tingginya mobilitas masyarakat saat mudik lebaran diperparah rendahnya kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Pemerintah kewalahan atau boleh dikatakan kelabakan karena meningkatnya kasus terinfeksi yang nyaris tak terakomodasi di rumah sakit perawatan Covid-19. Penguncianpun mulai dilakukan dengan penerapan PPKM menurut level di setiap daerah berbeda terutama Jawa dan Bali.
Upaya mengakhiri pandemic Covid-19 melalui pemberian vaksin memang terbukti pernah menyelamatkan dunia dari pandemic. Maka, jangan takut dan jangan ragu untuk vaksinasi demi terbentuknya herd imunnity. Jangan pernah menghiraukan hoaks yang menyudutkan bahkan menegasikan kekuatan vaksin.
Apakah vaksinasi dan penguncian itu tanda bahwa kita takut. Namanya juga setan yang bernama corona, tidak terlihat, tidak mengenal ruang dan waktu tetap saja mengintai terlebih-lebih orang-orang yang takut (phobia) dan panik atau para penyebar hoaks yang efek negatifnya lebih dari corona itu sendiri. Upaya itu secara kasat mata berhasil menurunkan angka penularan, tapi..ya angka kematian tetap saja ada.
Penguncianpun dibuka pasca PPKM. Kehidupan kenormalan baru serasa memang jauh berbeda, tak bisa kembali seperti saat sebelum adanya corona. Kendati demikian, setidak-tidaknya ada upaya kebangkitan baru untuk mulai tumbuh dan bangkit setelah terkubur dalam perjuangan melawan corona.
Dibalik berbagai upaya yang dilakukan di seantero jagad dengan berbagai metode keilmuan yang melibatkan para pakar, WHO menyatakan virus corona tak akan hilang. Kenyataan itu mengsiyaratkan kepada bangsa Indonesia, harus tetap tangguh menghadapi kenyataan, Virus Covid-19 takan pernah hilang. Strategi baru mesti diterapkan dalam beberapa waktu mendatang, kita bersahabat dengan Corona. Apakah ini bukti bahwa kita telah kalah dan bangsa kita penakut? Bukan.
Seperti Singapura dan beberapa negara lainnya, untuk beberapa waktu ke depan Indonesia harus bersiap untuk hidup berdampingan dengan Corona. Hal itu mengingat virus ini bisa menjadi endemik. Gagasan dalam bentuk roadmap hidup berdampingan dengan Corona patut diapresiasi positif. Salah satunya adalah pemerintah mulai melonggarkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), memperbolehkan masyarakat yang berusia 45 tahun untuk beraktivitas di luar rumah serta serta sederet relaksasi PSBB lainnya. Masyarakat harus tetap produktif meski pandemic corona masih ada.
Perang terhadap corona tetap saja dikobarkan dengan bendera dan panji-panji protokol kesehatan yang ketat. Masyarakat tetap beraktivitas seperti biasa meski dengan cara berbeda. bermobilisasi, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, mengenakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak,seakan terbentuk menjadi kebiasaan tanpa paksaan. Jangan mudah percaya berita-berita hoaks yang tidak bertanggungjawab, bijak dalam bermedia social (saring sebelum sharing), yakin kepada institusi resmi. Ini strategi untuk berani tumbuh dan bangkit dari keterpurukan dan akhirnya Indonesia menjadi pemenang atas virus corona.*)
*) Robert Bria siswa kelas 11 MIPA
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini